Apakah Terapi Elektrokonvulsif Aman?

Apakah Terapi Elektrokonvulsif Aman?
Apakah Terapi Elektrokonvulsif Aman?

Terapi Electroconvulsive (ECT) adalah bentuk perawatan kejiwaan yang melibatkan induksi kejang dengan penggunaan rangsangan listrik saat pasien berada di bawah anestesi umum. Awalnya dikenal sebagai terapi kejut listrik, ECT pertama kali diperkenalkan oleh sepasang psikiater Italia pada tahun 1938. Namun, penggunaan kejang yang diinduksi untuk mengobati penyakit mental berawal sejak awal tahun 1500-an.

Ini menjadi teknik kejiwaan populer selama 1940-an dan 1950-an, terutama dalam pengobatan depresi berat. Stigma yang melekat pada penggunaan ECT menyebabkan penurunan penggunaannya selama 1960-an. Munculnya obat psikiatris yang efektif untuk mengobati depresi juga berkontribusi terhadap kemundurannya. Saat ini, terapi electroconvulsive masih digunakan sebagai pengobatan untuk kasus depresi berat, mania, dan skizofrenia, meskipun penggunaannya masih kontroversial.

Statistik

  • Sekitar 70 persen pasien ECT adalah wanita.
  • Tingkat remisi diperkirakan antara 60 dan 70 persen.
  • Dalam satu laporan, antara 29 dan 55 persen pasien percaya bahwa mereka telah mengalami kehilangan memori permanen sebagai akibat dari ECT.
  • Di Inggris, lebih dari 11.000 orang menerima ECT setiap tahun.
  • Antara 1975 dan 1980, ada penurunan 46 persen penggunaan ECT di Amerika Serikat.
  • Penggunaan ECT tetap stabil sepanjang tahun 1980-an dan bahkan mulai meningkat selama dekade berikutnya.
  • Lebih dari sepertiga pasien ECT berusia 65 tahun ke atas.
  • Penggunaan pada anak-anak dan remaja tetap relatif jarang. Dalam studi tahun 1993, kurang dari 0,20 persen pasien yang menerima ECT berusia di bawah 18 tahun.

Efektivitas

Sementara penggunaan ECT masih kontroversial, banyak studi dan tinjauan literatur terbaru menunjukkan bahwa itu dapat menjadi pengobatan yang aman dan efektif, terutama dalam kasus depresi berat.

Pada 1941 terapi electroconvulsive (ECT) digunakan oleh hampir setengah dari lembaga kesehatan mental di Amerika Serikat. ECT telah ditemukan efektif untuk beberapa pasien yang tidak responsif terhadap terapi lain, termasuk obat antidepresan. Salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan kerusakan otak adalah bidang stimulasi dan menggunakannya minimal, hanya ketika metode pengobatan lain gagal.

Bukti yang mendukung keefektifan ECT dalam depresi luar biasa. Dalam beberapa penelitian, ECT ditemukan jauh lebih efektif daripada metode lain. Masih ada stigma yang signifikan yang melekat pada penggunaannya, sehingga digunakan dengan hemat.

Efek samping

Efek samping dari ECT termasuk kehilangan ingatan, bahkan kehilangan permanen, tulang yang retak, sakit kepala dan bahkan kematian. Komplikasi serius memang ada, terutama risiko kerusakan otak permanen. Sebelum menjalani ECT, bicarakan dengan dokter Anda untuk memastikan Anda telah kehabisan pilihan lain dan untuk mendiskusikan risiko Anda.

Artikel Terkait

Apakah Terapi Elektrokonvulsif Aman?
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email