3 Kunci Pertimbangan Etika dalam Penelitian Psikologis

3 Kunci Pertimbangan Etika dalam Penelitian Psikologis
3 Kunci Pertimbangan Etika dalam Penelitian Psikologis

Sebelumnya dalam sejarah psikologi, banyak percobaan dilakukan dengan pelanggaran pertimbangan etika yang sangat dipertanyakan dan bahkan keterlaluan. Percobaan ketaatan terkenal Milgram, misalnya, melibatkan menipu subyek manusia untuk percaya bahwa mereka memberikan kejutan listrik yang menyakitkan, bahkan mungkin mengancam jiwa, kepada orang lain.

Percobaan psikologi kontroversial ini memainkan peran utama dalam pengembangan pedoman etika dan peraturan yang harus dipatuhi para psikolog hari ini. Ketika melakukan studi atau eksperimen yang melibatkan peserta manusia, psikolog harus menyerahkan proposal mereka ke dewan peninjau kelembagaan (IRB) untuk disetujui. Komite-komite ini membantu memastikan bahwa eksperimen sesuai dengan pedoman etika dan hukum.

Kode etik, seperti yang ditetapkan oleh American Psychological Association, dirancang untuk melindungi keamanan dan kepentingan terbaik mereka yang berpartisipasi dalam penelitian psikologi. Panduan semacam itu juga melindungi reputasi para psikolog, bidang psikologi itu sendiri, dan institusi yang mensponsori penelitian psikologi.

Ketika menentukan pedoman etika untuk penelitian, sebagian besar ahli setuju bahwa biaya untuk melakukan eksperimen harus ditimbang terhadap manfaat potensial bagi masyarakat yang mungkin disediakan penelitian. Meskipun masih ada banyak perdebatan tentang pedoman etika, ada beberapa komponen kunci yang harus diikuti ketika melakukan semua jenis penelitian dengan subyek manusia.

Partisipasi Harus Sukarela

Semua penelitian etis harus dilakukan dengan menggunakan peserta yang bersedia. Sukarelawan studi seharusnya tidak merasa dipaksa, diancam atau disuap ke dalam partisipasi. Ini menjadi sangat penting bagi para peneliti yang bekerja di universitas atau penjara, di mana siswa dan narapidana sering didorong untuk berpartisipasi dalam eksperimen.

Peneliti Harus Mendapatkan Persetujuan Yang Diinformasikan

Informed consent adalah prosedur di mana semua peserta studi diberitahu tentang prosedur dan informasi tentang potensi risiko. Persetujuan harus didokumentasikan dalam bentuk tertulis. Informed consent memastikan bahwa peserta cukup mengetahui tentang percobaan untuk membuat keputusan tentang apakah mereka ingin berpartisipasi atau tidak.

Jelas, ini dapat menimbulkan masalah dalam kasus di mana memberi tahu peserta bahwa rincian yang diperlukan tentang eksperimen mungkin terlalu mempengaruhi tanggapan atau perilaku mereka dalam penelitian. Penggunaan penipuan dalam penelitian psikologi diperbolehkan dalam kasus-kasus tertentu, tetapi hanya jika penelitian itu tidak mungkin dilakukan tanpa menggunakan penipuan, jika penelitian akan memberikan semacam wawasan yang berharga dan jika subyek akan ditanyai dan diberitahu tentang tujuan nyata studi setelah data dikumpulkan.

Peneliti Harus Menjaga Kerahasiaan Peserta

Kerahasiaan adalah bagian penting dari setiap penelitian psikologi etis. Peserta harus dijamin bahwa mengidentifikasi informasi dan tanggapan individu tidak akan dibagikan dengan siapa pun yang tidak terlibat dalam penelitian.

Meskipun panduan ini memberikan beberapa standar etika untuk penelitian, setiap penelitian berbeda dan dapat menghadirkan tantangan unik. Karena itu, kebanyakan perguruan tinggi dan universitas memiliki Komite Subjek Manusia atau Dewan Tinjauan Kelembagaan yang mengawasi dan memberikan persetujuan untuk setiap penelitian yang dilakukan oleh anggota fakultas atau siswa. Komite-komite ini memberikan perlindungan penting untuk memastikan penelitian akademis beretika dan tidak menimbulkan risiko bagi peserta penelitian.

Artikel Terkait

3 Kunci Pertimbangan Etika dalam Penelitian Psikologis
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email